Selamat Datang - Wel Come

Selamat anda mengunjungi Situs dan menyimak artikel perunggasan dari sumber yang mumpuni.

Rabu, 31 Desember 2014

Perunggasan Indonesia di Tahun 2014



Perunggasan  "Kebablasan yang terencana"?
Tahun 2014 
Harga DOC Broiler “Super” pada bulan  
1.  Januari hingga Juli stabil di angka Rp.4.500,- s/d Rp. 5.000,-/ekor.Satu minggu menjelang lebaran, harga DOC Broiler sudah terlihat ada gejala mulai menurun. Selanjutnya dua minggu setelah lebaran harganya  merosot  menjadi Rp. 2800,-/ekor.



Pelaku bisnis perunggasan ini, masih belum sadar dari mana penyebab masalah ini dan masih berwawasan karena pengaruh: musim kemarau yang panjang dan bulan Sura.

Bagi penulis: peristiwa banjirnya DOC Broiler yang berkepanjangan hingga satu tahun ke depan ini. Tidak lepas dari kebijakkan “akhir jabatan” di instansi terkait yang melonggarkan kebijakkan masuknya baik DOC  GP atau Hatching egg GP serta DOC Parent Stock. Dan naik kelasnya peternak-peternak Broiler ke kelas setara Breeding Farm.

2.   Di bulan Agustus baik pebisnis yang menjadi anggota asosiasi maupun yang “non”,  mengadakan ritual yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya yakni: pemusnahan calon anak ayam hingga 50% dari populasi disertai pengurangan suplay Hatching egg. Namun  sayang banyak pebisnis tersebut di atas yang tidak fair dalam melaksanakannya, sehingga terjadi aksi boikot. 

3.   Diakhir bulan September, harga DOC tak terkendali sangat merosot. DOC Broiler “Super”  hanya diharga Rp. 1.000,- s/d Rp. 1.500,- per ekor. Diperkirakan supply DOC broiler jauh diatas kejadiaan tahun 2008 sekitar 45.000.000 ekor/minggu.   


         

  •   Komoditi daging ayam potong/dress, harganya juga mengalami penurunan dikarenakan stok   ayam hidup di kandang peternak “Kemitraan Bodong” maupun peternak sekala pelihara DOC “Grade dua” cukup tinggi dengan panen hampir berbarengan.



  •   Komoditi unggas lainnya seperti telor “Coklat”; harganya juga mengalami penurunan akibat kena imbas penggelontoran telor jenis Hatching Egg yang tidak masuk Setter.

Gejala penurunan harga DOC Layer sudah terasa di bulan April dan terparah   terjadi di bulan Juli yaitu Rp. 1.000,-/ekor.


  •      Inilah kondisi perunggasan kita,

1.   yang sebagian besar dikelola oleh “generasi kedua”, yang berorientasi “bisnis minded” dan maunya serba instan.
2.   Dan siapa pebisnis yang tidak tergiur, manakala bisnis perunggasan bersifat bebas dari PPN 10% (Komoditi Pertanian yang bersifat kebutuhan pokok), Bisnisnya pun seolah-olah ditunjang oleh kebijakkan-kebijakkan yang menggampangkan impor DOC GP, PS dan bahan     baku pakan seperti Jagung, tepung Ikan, tepung kedele.


  •    Sungguh kondisi perunggasan yang memprihatinkan; selama kurun waktu dua dasa  warsa, Selalu gonjang-ganjing dan tanpa arah memikirkan strategi terhadap “kedaulatan pangan -sumber Protein hewani”.

     Kini nampak semakin gonjang-ganjing dan galau karena muncul dilema baru yakni:
1.   Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (Rp. 12.160,- s/d Rp. 12.700,- per 1 US $). Tentu dampaknya akan jelas didepan mata;
Harga pakan,  obat-obatan, vaccine akan naik harganya.
DOC GPS dan PS, untuk program “pengganti” indukkan yang sudah tua, akan terasa mahal dan berat.

2.   Di awal November harga BBM: Premium naik menjadi Rp. 8.500, serta solar menjadi Rp. 8.000 dari Rp. 6.500,-/liter.

3.   pasar bebas Asean (AFTA 2015) besok pagi sudah di depan mata.


  • Lalu bagaimana sikap kita?;

Bagaimana Instansi terkait, Akademisi dan praktisi serta pelaku usaha bakal menyikapinya?. 
Nggak jelas….. 
Jelas... Kegotongroyongan nggak mau....
Karena mereka tak punya wawasan Nasional  “NKRI”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar