Selamat Datang - Wel Come

Selamat anda mengunjungi Situs dan menyimak artikel perunggasan dari sumber yang mumpuni.

Selasa, 22 Desember 2009

KONDISI PETERNAKAN AYAM BROILER JABODETABEK DI AKHIR TAHUN 2009

Kondisi Peternakan Ayam Broiler "Jabodetabek" di akhir Tahun 2009.
ayam09-ayam2009.blogspot.com. Kondisi Peternakan Ayam Broiler "Jabodetabek" di akhir tahun ini bisa dibilang mengkhawatirkan?
Mengapa demikian, coba tengok kondisi dilapangan saat ini harga DOC Broiler final stock "super" terpuruk di angka Rp.2.000,- - Rp. 2.200,- per ekor. Hal ini menunjukkan bahwa suplay DOC tersebut di atas sudah melebihi kebutuhan peternak, disertai beberapa faktor lain.

Indikasi awal bakal terjadi situasi ini, sudah terlihat satu hingga  tiga minggu setelah Lebaran tahun ini. Ditandai dengan harga DOC Broiler FS hanya Rp. 3.000,-/ekor bahkan beberapa breeder  melakukan sedikit banting harga istilah populer di kalangan breder sudah main "tembak-tembakan harga".

Normal pada periode tiga minggu tersebut di atas, kondisi suplay DOC Broiler FS akan terjadi kenaikkan, ini dikarenakan bahwa satu minggu jatuh tempo Lebaran, breeder tidak melakukan Setting Telor Tetas.
Dengan kata lain beberapa Breeder melakukan penyimpanan Hatching Egg/telor tetas di Cool room, selama satu minggu penuh dan akan habis dilakukan Setting hingga minggu ke tiga berikutnya.

Pada minggu ke empat hingga seterusnya, suplay DOC Broiler FS seharusnya kembali pada kondisi sebelum periode Lebaran. Tetapi  kenyataan dilapangan terjadi over suplay, dengan ditandai:
1. Harga jual DOC Broiler FS "super" jatuh pada kisaran Rp. 2.200,- per ekor, disertai harga "tembakkan".
2. Banyak anak ayam umur dua-tiga hari (dengan ciri; bulu sayap sudah tumbuh 0.5 - 1.0 cm, kaki kering)
    beredar di Gunung sindur, Parung, Prumpung untuk empan Ikan darat.
3. Banyak bermunculan pedagang Anak ayam warna-warni, di sekitar pasar atau sekolah.

Faktor lain yang mempengaruhi jatuhnya harga DOC Broiler FS antara lain:
1. Mewabahnya penyakit yang disebabkan kuman E. coli terhadap ternak ayam Broiler di kandang.
(Salah satu sebab akibat perobahan iklim dari kemarau ke penghujan).
2.  Pemikiran praktis dari beberapa peternak, dari pada pelihara ayam Broiler FS meski harga DOC murah tapi beresiko, lebih baik alih profesi "sementara".
3. Tidak kalah penting adalah harga jual ayam hidup di tingkat peternak turun, khusus yang berbobot dibawah satu kilo gram. Sedangkan yang berbobot hidup 1.2 Kg ke atas berfariasi di Rp. 13.000,- Alias banyak peternak pada saat ini impas atau balik modal saja atau terjadi sedikit merugi.

Mengapa terulang lagi over suplay DOC Broiler FS?
Seperti halnya pada pebisnis Layer, demikian pula terjadi pada pebisnis Broiler baik dari tingkat breeder maupun peternak komersiil Broiler (Sistem kemitraan atau gurem), menambah populasi dengan harapan harga jual DOC dan ayam hidupnya tetap tinggi, dus dalam angan bakal untung berlipat.

Intinya bahwa karena kondisi di lapangan Tahun 2009 minus bulan November dan Desember, harga DOC Broiler FS bagus berkisar Rp. 3.300,- hingga Rp. 4.300,- per ekor. Dan pada periode tersebut tidak terdengar kegiatan pemusnahan calon anak ayam.
Maka berlomba-lombalah para pebisnis, baik itu modal sendiri maupun dari kucuran Bank (diantaranya Bank plat merah pula)
a. Melakukan infestasi, membuat kandang-kandang baru baik untuk Ayam Parent Stock maupun Final stock.
b. Melakukan intensifikasi kandang, dari sistem open house menjadi Close house,

Sudah tidak menjadi rahasia, yang melakukan kiat tersebut bukan hanya satu dua pebisnis tapi bisa mencapai sepuluh pebisnis, artinya sudah pasti akan terjadi kenaikkan populasi baik Parent stock maupun Final stock dikemudian hari.

Perkiraan Peternakan Broiler Tahun depan ( Th. 2010 )
Bagi pengusaha Breeder, sepulang dari liburan akhir tahun pasti bersiap-siap kumpul, membahas pengendalian suplay DOC Broiler yang beredar, dengan cara yang sudah lazim dilakukan "aborsi" istilah keren mereka .Agar harganya tidak semakin jatuh.
Sayangnya perlakukan tersebut sedikit banyak tidak akan dilakukan oleh beberapa Breeder "diluar yang sudah tercatat ".
Jadi ada kemungkinan harga DOC Broiler FS hanya berkisar Rp. 2.750,- - Rp. 3.000,- per ekor.

Meskipun harga DOC Broiler FS, sedikit terjangkau oleh peternak gurem, sisi lain yang menhadang adalah kemungkinan harga pakan ayam broiler akan naik hingga Rp. 4.750,-/Kg. Hal ini disebabkan  antara lain;

1. Pasokan bahan baku pakan terutama Jagung seluruh Dunia Turun (beberapa Negara penanam Jagung mengalami gagal panen).
Manfaat Jagung tidak lagi dipergunakan sebagai bahan baku pakan ternak melainkan ditingkatkan statusnya menjadi bahan baku BIOETHANOL.
2. Demikian pula bahan baku pakan dari Kedelai Utuh, mengalami penurunan pasokan akibat gagal panen (salah satunya masalah perobahan cuaca/iklim).
3. Perlu di ingat bahwa ekspansi atau intensifikasi perunggasan, tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan terjadi pula di negara-negara Asean dan di beberapa negara Timur Tengah.
Jadi secara otomatis kebutuhan bahan baku pakan tersebut di atas akan meningkat volumenya (demand naik tapi supplay menurun, harga-harga komoditi di atas akan melambung). 
4. Yang tak kalah penting harga BBM ditingkat dunia sudah merangkak naik menuju angka $ 100 US/barrel, dus dipastikan ongkos transportasi disemua lini pasti akan naik.

Ketok Pintu Hati:
Wahay....Breeder dan peternak komersiil besar
Jika terjadi begini terus, bisa dikatakan yang punya modal besar "berjaya", yang bermodal kecil bakal "lewat", peternak gurem "tinggal nama", ...lewat segalanya....

Sebaiknya berkumpul, tidak hanya "sekedar" tapi perlu rekonsiliasi, serta memikirkan Blue Print secara nasional untuk kemudian hari.

Sekali lagi Soal ketahanan bahan baku pakan ternak Ayam, Big Question Mark.
Padahal ada peluang bisnis....dan sangat-sangat memungkinkan dilakukan serta dikerjakan sekarang juga dinegeri kita sendiri, bukan di negeri orang lain toh...

Rabu, 02 Desember 2009

Membaca dari situasi peternakan petelor coklat di penghujung tahun 2009

Membaca situasi Peternakan Petelor Coklat di penghujung tahun 2009.
ayam09-ayam2009.blogspot.com. Membaca situasi perunggasan di akhir tahun, khususnya di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi akan lebih klop bila di kaitkan dengan situasi dan kondisi di lapangan.

Situasi pada bidang usaha ayam petelor;
Kenyataan di lapangan bahwa setelah masa peringatan Hari besar Lebaran tahun ini, harga komoditi telor coklat di tingkat peternak komersil sangat fluktuatif harganya antara Rp.12.000 - Rp.13.500/kg bahkan pernah dibawah harga Rp. 10.000,-/kg.
Barulah diawal Desember tahun ini harga sedikit naik.

Hal ini berbeda dengan situasi di akhir tahun 2008, dimana harga komoditi telor coklat stabil di atas  Rp. 14.000/kg.

Adapun dampak dari situasi tersebut sangat dirasakan oleh peternak komersiil Petelor sebagai produsen karena untungnya tipis sekali. Sedangkan dampak lainnya menerpa pengusaha telor candling baik jenis putih maupun coklat, merugi cukup besar karena hanya sedikit yang diserap oleh pengusaha pabrik roti kelas menengah ke bawah. Dalam arti kata mereka pengusaha pabrik roti sekarang ini lebih suka mempergunakan telor coklat fresh karena harganya terjangkau.

Pandangan kita, tertuju pada beberapa tabiat tertentu dari pengusaha kita, umumnya ialah bila mana harga telor coklat stabil atau lebih dari angka Rp. 14.000,- per kilo gram, maka berbondong-bondong yang ikut-ikutan berusaha di bidang peternakan ayam petelor atau bahkan peternakkan petelor yang dulunya "tiarap" pada bulan Mei-Juni 2009 bangkit kembali. Berharap harga telor coklat seperti di tahun 2008.
Jadi tidak mengherankan bilamana pada saat tertentu seperti di akhir bulan November ini, terjadi kelebihan suplay sedang daya serapnya tetap.

Situasi bidang usaha beeding Farm Layer:
Tabiat seperti di atas, ternyata dilakukan pula oleh beberapa Breeding Farm Layer, alasannya mirip sama dan mereka berkaca pada situasi pertengahan-hingga akhir tahun 2008, dimana  harga DOC Layer saat itu        Rp 6000,- - Rp. 6500,-/ekor.
Jadilah populasi Parent Stock Layer dari awal hingga pertengahan Tahun 2009, bertambah besar jumlahnya, yang berakibat suplay DOC Layer komersiil banyak sekali, harganya mulai jatuh di bulan September hingga bulan ini. Hal ini  terbukti dilapangan yaitu membanjirnya DOC tersebut di lapak Prumpung-Jakarta Timur.
Meskipun harganya hanya Rp. 2000,--Rp. 2.500,-/ekor. peternak petelor komersiil coklat "sungguhan", hanya sedikit yang Chick In (sebagai replacement indukan yang berumur tua/siap afkir).

Alasan mereka cukup realistis; antara lain harga ayam afkir indukkannya rendah kalah bersaing dengan daging ayam Broiler yang perkilonya diharga Rp. 13.500,-Rp. 14.000,-/kg hidup.
Ini terbukti pada hari besar Idul adha, tempo hari, dipasar tradisional banyak dijual indukkan afkir petelor tapi banyak pula yang kembali kekandang semula alias kurang laku.
Pada hal dari hasil penjualan indukkan afkir tersebut, akan diplotkan untuk membeli DOC komersiil Layer.

Jadi situasi pada bulan Desember ini kondisi peternak komersiil Layer cukup riskan dan serba salah, serta berharap cemas akan kelangsungan usahanya. Terutama sekali berharap agar harga pakan tidak naik dan pengusaha Breeding Layer tidak berulah.

Perkiraan peternakan petelor coklat di tahun 2010
Mencermati kondisi tersebut di atas, kita bisa sedikit memperkirakan kondisi peternakan petelor coklat di tahun 2010, harga telor coklat akan berkisar Rp 13.500,-/kg. Tapi DOC layer komersiil harganya akan naik lagi seperti di tahun 2008, karena Breeding Farm Layer sudah barang tentu mengurangi populasi Parent Stocknya atau bahkan beralih ke Parent Stock Broiler.

Lalu bagaimana tentang kondisi peternakan Broiler di tahun 2010, kita ikuti artikel berikutnya.

Senin, 30 November 2009

Suplemen II (atas Resume dari artikel Berhitung cepat 1 dan 2)

ayam09-ayam2009.blogspot.com, Suplemen II (atas resume Berhitung cepat 1 dan 2).
Pada artikel Suplemen I, sudah dijelaskan mengenai seluk beluk Hatchery Parent Stock untuk Broiler.
Untuk artikel Suplemen II berikut ini akan diulas, Hatchery Parent stock Layer dan Hatchery Grand Parent stock baik broiler maupun layer.

Berikut ulasan tentang Hatchery Parent Stock Layer:

Seperti halnya pada Parent stock Broiler, Hatchery Parent stock layer umumnya menggunakan setter/incubator ber type "Multi Stage" dengan jumlah egg set 12.960 butir/setting.
Jadi kita bisa menghitung jumlah kapasitas setter terpasang di tahun 2008, sebanyak 89 biji. (119.693.550 dibagi dari hasil perkalian 52 x 2 x 12.960), standar Harrison, Pearl atau Jamesway. Dan kita kerucutkan menjadi 75 biji, dengan alasan tidak semua Breeding Farm di Indonesia memakai ketiga jenis setter di atas.

Adapun rasio jumlah karyawan terhadap mesin yang dikelola, adalah 3.2. Karena kita tahu bahwa DOC Final stock yang dihasilkan jenis: Pejantan dan Layer dimana DOC Layer tersebut perlu perlakuan Vaccinasi Marek"s dan Potong paruh. Jadi karyawan yang bekerja di Hatchery Parent stock layer sekitar 240 orang.

Kebutuhan tenaga listrik untuk  setter dan hatcher beroperasional semua 406.875 watt, ditambah 15%nya yaitu lebih kurang 468.000 watt.

Sedangkan konsumsi air yang dibutuhkan selama setahun, sebanyak 10.920 meter kubik.( 75 x 2 x 52 x 1.4).

Berikut Ulasan tentang Hatchery Grand Parent Stock:
Managemen Hatchery Grand Parent Stock sangatlah berbeda dengan Hatchery Parent Stock, terutama sekali pada perlakuan dan pengelolaan DOC nya. Yang jelas pada Hatchery Grand Parent stock kesemua DOC yang dihasilkan haruslah dipilah jantan maupun betina melalui Vent Sexing.

DOC Pejantan Parent Stock (Pejantan dari strain A/strain 4), selain mengalami perlakuan vent sexing juga mengalami: vaccinasi Marek's,  De toeing/potong ibu jari serta De combbing/potong jengger.
Sedang DOC Betina Parent Stock (Betina dari strain B/strain 8),hanya mengalami perlakuan vent sexing dan vaccinasi Marek's.
Perlakuan De beaking/potong paruh tidak diperlakukan, karena tingkat stress DOC sudah cukup berat. De beaking/potong paruh dilakukan di Farm Parent stock pada minggu ke dua yang disesuaikan jadual vaccinasi.

Adapun setter yang  dipergunakan umumnya bertipe "Single stage", baik untuk hatchery GPS Broiler maupun Layer.

GPS Broiler:
Mengingat Setter yang dipergunakan bertipe single stage, maka untuk menghitung kapasitas setter terpasang di tahun 2008, adalah berbeda dengan Hatchery Parent stock. Perhitungannya 20.063.797 butir dibagi hasil dari perkalian 12.960 x 1 x 18, yaitu sebanyak 86 biji. Dikerucutkan hanya menjadi 80 biji.
Kebutuhan tenaga kerja, ber rasio 4.5 orang per mesin, jadi Pada Hatchery Grand Parent Stock Broiler di tahun 2008 membutuhkan karyawan 360 orang.
Kebutuhan tenaga listrik, saat kesemua setter dan hatcher operasional 520.000watt.
Sedang kebutuhan airnya sekitar 1.440 meter kubik.

GPS Layer:
Kebutuhan Setter dan Hatcher untuk GPS layer, adalah 16 biji (hasil dari 3.707.656 dibagi dengan hasil perkalian 12.960 x 1 x 18). dan dikerucutkan hanya sekitar 14 biji.
Kebutuhan tenaga kerja, berasio 4.5 orang per mesin, hanya dibutuhkan 72 orang.
Kebutuhan tenaga listrik, saat kesemua setter dan hatcher operasional 90.400 watt.
Sedangkan kebutuhan airnya, hanya 26 meter kubik.


Dari hilir ke hulu, di tahun 2008 bahwa Hatchery secara keseluruhan menyerap tenaga kerja 3.272 orang, Dalam operasional mesin setter dan hatcher berikut sarana penunjangnya memerlukan tenaga listrik sebesar 7.078.400 watt (disaat semua mesin operasional).
Sedangkan air untuk keperluan cuci (cuci mesin setter/hatcher, rak-rak, egg tray) maupun sarana untuk kelembaban sekitar 157.986 meter kubik (setara 19.748 truk tanki air dari pegunungan).

Dari masalah air tersebut di atas, anda bisa menghitung nilai rupiah yang dibutuhkan, yaitu dengan cara mengalikan harga air pegunungan per tanki @ 125.000 rupiah (isi 8000 meter kubik). Tentu akan wou...
Jadi layak dan bijak bila Usaha Hatchery baik pada Parent stock maupun Grand Parent stock berhemat air dan melestarikan lingkungan sekitar dengan mengadakan penghijauan tanaman keras guna ketersediaan air tanah sekitar.
Demikian pula masalah tenaga listrik.
Apa lagi persoalan kesejahteraan karyawannya.
Walau alam....semoga ada pencerahan di kemudian hari.



Kamis, 26 November 2009

Suplemen I (atas Resume dari artikel Berhitung Cepat 1 dan 2)

ayam09-ayam2009.blogspot.com. Suplemen I - Resume dari artikel 1 dan 2.
Dari dua artikel sebelumnya kita  mendapatkan data telor-telor tetas yang akan ditetaskan kedalam mesin.  Contohnya:
1. Telor tetas untuk Parent Stock Broiler, sebanyak 1.570.361.500 butir/tahun.
2. Telor tetas untuk Parent Stock Layer, sebanyak      119.693.550 butir/tahun.
3. Telor tetas untuk Grand Parent Stock Broiler, sebanyak 20.063.797 butir/tahun.
4. Telor tetas untuk Grand Parent Stock Layer, sebanyak 3.707.656 butir/tahun.

Dan dari data tersebut di atas kita dapat mengulas lebih dalam mengenai seluk beluk Hatchery Parent Stock maupun Hatchery Grand Parent Stock, baik mengenai kapasitas mesin setter/hatcher "terpasang", tenaga kerja, kebutuhan air serta listrik.

Berikut ulasan tentang Hatchery Parent Stock:
Parent stock Broiler:
Sudah lazim pada management Hatchery PS, bahwa satu unit mesin Setter/incubator akan setting sebanyak dua kali dalam satu minggu, umumnya Senin dan kamis atau Selasa dan Jumat.
Jadi kita bisa memperkirakan bahwa setter/hatcher ditahun 2008, terpasang sebanyak 1.165 unit yaitu perhitungan dari 1.570.361.500 butir dibagi dari hasil perkalian 52 x 2 x 12.960.
Dimana angka 12.960 butir adalah jumlah ideal Egg set bagi mesin setter sejenis Harrison, Pearl atau Jamesway yang mana pengalaman ini didasarkan pada hasil dilapangan serta menkondisikan terhadap iklim tropis. Sedangkan bila Hatchery PS menggunakan sejenis mesin Petersime maupun Pas Reform atau Chick Master tentu Egg setnya lebih besar dari 12.960, antara 18.600-19.200 butir.
Oleh karena pemakai mesin setter di Indonesia tidak hanya satu jenis maka kita bisa lebih mengerucutkan mengenai jumlah mesin setter terpasang di Indonesia di tahun 2008 sebanyak 1.000 unit saja. Dan pada umumnya "multi stage type".

Ulasan mengenai penyerapan tenaga kerja:
Penyerapan tenaga kerja yang dimaksud dapatlah diklasifikasikan:
-  bagian cuci baik itu cuci kereta setter/hatcher, egg tray dan mesin-mesinnya.
-  bagian seleksi dan hitung DOC serta stapler box DOC.
-  bagian operator mesin/teknik umum termasuk penaganan Gen Set.
-  bagian kebersihan lingkungan.
-  bagian keamanan lingkungan.
-  bagian kantin
-  bagian Cool room/kamar pendingin
-  bagian administrasi serta wakil dan Manager Hatchery.

Pada umumnya efisiensi tenaga kerja di Hatchery PS, dikaitkan dengan jumlah mesin terpasang yang dimiliki masing-masing Breeding Farm. Angka efisiensi tersebut sekitar 2.6 per mesin. Jadi dapat diperkirakan kebutuhan tenaga kerja di Hatchery PS Broiler pada tahun 2008 sebanyak 2.600 orang.

Ulasan mengenai Pemakaian tenaga listrik:
Sudah dijelaskan diatas, bahwa pada Hatchery PS Broiler terdapat mesin Setter/incubator dan Hatcher. Dimana masing- masing jenis mesin sangatlah berbeda terhadap konsumsi tenaga listrik yang diserapnya. Pengalaman penulis di lapangan, dengan menggunakan alat ukur Tang meter, satu unit mesin setter dan hatcher Jenis Harrison/Jamesway berikut pemakaian listrik untuk peralatan  lainnya, mengkonsumsi tenaga listrik sekitar 5.425 watt.
Jadi kebutuhan tenaga listrik untuk Hatchery PS Broiler di tahun 2008, perusahaan listrik negara harus menyediakan  sekitar 6.000.000 watt disaat ke 1000 mesin setter dan 1000 mesin hatcher operasional semua. Cukup besar.. Apa lagi di saat sekarang ini PLN sedang dilanda kekurangan pasokan tenaga listrik. Saran, seharusnya ada yang memikirkan mengenai suplai tenaga listrik alternatif, tentu selain dari Gen Set.

Ulasan mengenai konsumsi air:
 Air, bagi Hatchery PS  adalah sangat vital dan diperlukan sekali. Oleh karena itu sumber air haruslah dicari dan diupayakan. Baik itu mengambil air dari dalam tanah dengan kedalaman 20 - 40 meter (air permukaan) atau menyedot air dari kedalaman 100 meter lebih (sumur artetis). Dan hanya beberapa Hatchery PS yang mengupayakan air rawa atau sungai untuk dijernihkan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pengalaman penulis dilapangan, kebutuhan air untuk mencuci rak Setter, rak Hatcher, egg tray, lantai dan cuci mesin Hatcher serta kebutuhan "water spray"sekitar 1.4 meter kubik.
Jadi bisa dibayangkan di Tahun 2008, Hatchery PS membutuhkan air sekitar 145.600 meter kubik.

Sentil kiri dan kanan:
Apa hendak di kata?, Hatchery PS Broiler dibilang serba boros baik mengenai pemanfaatan tenaga listrik maupun pemanfaatan air, memang iya.
Terutama masalah air, umumnya air limbah dari Hatchery terbuang begitu saja; tertampung pada kolam atau bahkan mengalir kemana dia mau dan bahkan boleh dibilang semaunya saja dia untuk mencemari lingkungan sekitar. Tentunya kasus semacam ini ada yang memikirkan, jalan keluar yang bijak bermanfaat bagi semua pihak. Contohnya: Pihak Hatchery PS;
- haruslah berkewajiban mengolah kembali air limbahnya untuk bisa dan layak dipergunakan lagi,
- mengadakan penghijauan tanaman keras di radius "tertentu "dekat lingkugan luar Hatchery agar kelestarian dan ketersediaan airnya tetap terjaga, jangan hanya menyedot air saja.
- haruslah ada niat untuk menampung air hujan, guna substitusi kebutuhannya.

Managemen Hatchery PS Broiler, umumnya sangat efisien terhadap karyawan. Selayaknya Karyawan harus diperhatikan baik masalah kesehatan, kelayakkan finansial. Mengingat apa yang dihadapi setiap harinya sangatlah riskan akan "bahaya" seperti pengaruh disinfektan yang bersifat kimiawi, debu bulu DOC, limbah padat dari telor atau lainnya serta pengaruh kuman yang berada di dalam mesin setter/hatcher. Dan tak kalah penting adalah kenyamanan atau suasana kerja serta kesinambungan waktu kerja dikemudian hari.

Senin, 26 Oktober 2009

Resume dua artikel Berhitung Cepat 1 dan 2

RESUME DUA ARTIKEL SEBELUMNYA

ayam09-ayam2009. blogspot.com, menarik sekali bahwa dari satu alinea "Berdasarkan data dari Pusat Informasi Pasar (Pinsar) Unggas Nasional pada tahun 2008 total permintaan daging ayam di dalam negeri mencapai 980 ribu ton dan permintaan telor mencapai 920 ribu ton" yang dikutip dari Makalah Impor Unggas ancam Peternak  Kecil (Antaranews.com-10 Juni 2009). Tiga artikel tersaji berseri dan kesemuanya adalah murni dari pemikiran penulis berdasarkan data dan pengalaman yang dimilikinya.

Artikel ke tiga di bawah ini adalah mengenai resume dari dua artikel sebelumnya khusus pada hubungan populasi berbagai jenis ayam terhadap total konsumsi pakan serta ketersediaan bahan baku pakan. (secara Nasional).

Populasi masing-masing Jenis ayam:
Dari ulasan sebelumnya kita mendapatkan data perkirakan akan populasi dari berbagai jenis ayam di tahun 2008 yakni:
- Ayam Broiler Final Stock                       = 13.034.000.000 ekor
- Ayam Broiler Parent Stock                     =        14.469.087 ekor (meliputi betina dan pejantan)
- Ayam Broiler Grand Parent Stock           =             544.584 ekor (meliputi Strain B dan strain A)

- Ayam Layer/petelor Final Stock              =        47.995.929 ekor
- Ayam Layer Parent Stock                       =             989.276 ekor (meliputi betina dan pejantan)
- Ayam Layer Grand Parent Stock            =                35.647 ekor (meliputi Starin B dan Strain A).
   Adapun Jenis ayam Layer tersebut di atas dihitung oleh penulis secara tersendiri,dimana kerangka perhitungannya tidak jauh berbeda dari perhitungan jenis ayam Broiler.
- Ayam Pejantan                                       =         53.895.432 ekor.

Kebutuhan Pakan masing-masing jenis ayam:
Berikut perkiraan konsumsi pakan dari masing-masing jenis ayam, dimana data sudah diolah berdasarkan data dari Manual Book dan pengalaman dilapangan.
- Ayam Broiler Final Stock                      =  20.854.400.000 kg.
- Ayam Broiler Parent Stock                   =        697.494.617 kg
- Ayam Broiler Grand Parent Stock         =          32.204.445 kg

- Ayam Layer/petelor Final Stock            =    1.576.287.352 kg.
- Ayam Layer Parent Stock                     =         44.376.771 kg
- Ayam Layer Grand Parent Stock          =            1.704.855 kg

- Ayam Pejantan                                     =          53.895.432 kg.
      Total Konsumsi pakan  Tahun 2008   =  23.260.363.471 kg. (23.260.363 ton).

Pertanyaan bagi kita seberapa banyakkah bahan baku pakan tersebut yang dibutuhkan? (terutama Jagung dan Kedelai utuh).
Jawabnya,
Bila komponen baku pakan "Jagung", maka kita harus menyediakan 12.327.992.640 kg ( 12.327.992 ton) setara 53% dari konsumsi pakan.
komponen baku pakan "Kedelai utuh", maka kita harus menyediakan 1.860.829.078 kg  (1.860.829 ton) setara  8% dari konsumsi pakan secara keseluruhan.

Pertanyaan selanjutnya, berapa ketersediaan bahan baku pakan "Jagung" dan Kedelai Utuh" di tahun 2008? 
Berikut data yang penulis kutip dari Artikel "Impor demi kontinuitas" Kompas 29 Agustus 2009 yang mana data intinya bersumber dari Departemen Pertanian.
Bahwa capaian tahun 2007    Jagung      13.29 juta ton  ( 13.290.000. ton ),
                                             Kedelai       0.59 juta ton  (      590.000. ton).
            capaian tahun 2008   Jagung       15.86 juta ton  ( 15.860.000. ton).
                                             Kedelai       0.77 juta ton  (      770.000. ton).

Jadi apa hendak dikata?
Bahwa bahan baku pakan "Jagung" tersisa 3.532.008  ton masih diperebutkan untuk pakan ternak itik, ikan , ternak babi dan kebutuhan masyarakat lainnya termasuk ekspor Jagung ke negara tetangga.
Sedangkan Kedelai minus 1.090.829 ton harus di IMPORT, dengan menggunakan nilai DOLLAR.

Apakah pembaca pingin tau pula berapa banyak bahan pakan dari tepung ikan yang dibutuhkan ? jawabnya, sederhana saja; 3.5% dikalikan Total konsumsi pakan ayam di tahun 2008 sebanyak 814.112 ton.
Permasalahannya adalah kita lebih suka Barang Import "Tepung ikan" dari Chili, Denmark dls ketimbang menglola hasil tangkapan ikan nelayan gurem.yang berkelimpahan dan lebih suka lihat negara-negara tetangga melakukan ilegal fishing. Aneh bin ajaib.

Kesimpulan:
1. Jika bahan baku pakan ternak unggas terus begini keadaannya, tidaklah heran bahwa harga pakan Ayam terus naik harganya (dalam hitungan bulan bahkan sering terjadi dalam hitungan minggu).
Karena tiga jenis bahan baku pakan Ayam tersebut,  harus di IMPORT dimana stock barang nya sangat tergantung Luar negeri, harganyapun  mengikuti kondisi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar.

2. Bagi Kita yang bergerak di dunia Perunggasan, terutama pabrik Pakan maupun Breeding Farm yang memiliki Pabrik Pakan, Adakah niat baik untuk membangun dunia Perunnggasan secara Berdikari (Berdiri di atas kaki sendiri), menyediakan seperti Jagung, Kedelai bahkan Tepung Ikan yang asalnya dari tanah tumpah darah Negara Republik Indonesia?

3.  Mengingat akan capaian Jagung dan kedelai di dua tahun terakhir, sepantasnyalah kita dunia perunggasan Indonesia sangat bisa menciptakan peluang kerja dalam arti merangkul petani-petani dipedesaan yang jumlahnya puluhan juta dalam kondisi banyak "menganggur", untuk bercocok tanam komoditi di atas. Kemudian Hasilnya ditampung untuk dipergunakan sebagai bahan baku pakan unggas serta untuk komoditi lainnya.

4.  Semua masyarakat. dari ekonomi Gurem hingga the Have tentunya sangat mengenal dan menyukai hidangan dari bahan daging ayam atau telor negeri, jadi jika Harga Pakan Ayam selalu naik terus disertai harga Day Old Chick yang selalu gonjang-ganjing. Haruskah apa yang dahulu dicanangkan oleh pendahulu kita sudah  "terlupakan" dan tergantikan sifat-sifat  MAMON.

5. Sudah saatnya dunia perunggasan Indonesia merekonsiliasi, berbenah diri, demi hajat orang banyak sehingga terwujud BERDIKARI PERUNGGASAN INDONESIA  berazas GOTONG ROYONG untuk kemakmuran semua lapisan masyarakat serta dilaksanakan secara berkelanjutan.


6.  Siapa yang akan memulainya? dan kapan waktunya?
     (malu "aku" selalu dilecehkan oleh warga negara tetangga)








Kamis, 24 September 2009

BERHITUNG CEPAT 2

Berhitung cepat 2:
ayam 09-ayam2009.blogspot.com. Banyak hal yang bisa dibahas dari artikel sebelumnya  (Berhitung cepat 1) Baik itu dari:
- Populasi ayam broiler,
- konsumsi pakan ayam: baik untuk broiler, Parent stok broiler maupun Grand parent stock.
- Hatchery: jumlah mesin setter dan hatcher, jumlah karyawannya.
- Lingkungan: misal pemanfaatan air tanah, pencemaran.Dsb.                                                   

Pembahasan mengenai Populasi Parent Stock ayam broiler:
Memahami dari mana perhitungan populasi ayam broiler yang dipelihara oleh peternak, berikut runutannya DOC broiler didapatkan dari indukkan Parent Stock, sedangkan DOC Parent Stock didapatkan dari indukkan Grand Parent Stock.

Kita sudah tau bahwa di tahun 2008, perkiraan populasi ayam broiler yang dipelihara oleh peternak , sejumlah 1.303.400.000 ekor. Angka ini adalah jumlah anak ayam yang tersedia istilahnya Saleable Chick, secara nasional diperkirakan 83% dari jumlah telor tetas yang masuk mesin tetas (Setter).
Jadi sekarang kita tau bahwa jumlah telor tetas yang masuk kedalam mesin tetas (setter) adalah 1.570.361.500 butir.
Dari angka terakhir tersebut di atas, kita akan tau mengenai jumlah induk Parent Stocknya, dengan perhitungan bahwa 1.570.361.500 butir  setara dengan 91% dari total produk telor indukkan PS.
Jadi perkiraan total populasi induk PS ditahun 2008 adalah 1.725.671.000 dibagi 130, maka akan didapat 13.274.392 ekor induk. (Adapun angka 130, adalah asumsi rata-rata bahwa satu ekor induk PS menghasilkan 130 butir telor tetas selama periode hidupnya).

Di bidang manajemen pemeliharaan PS, populasi tersebut tidaklah dipelihara sekaligus melainkan dibuat tiga termin masuk DOC PS, disebut Chcik in. (Hal ini dimaksudkan untuk kesinambungan produksi).
Pada manajemen Breeding Farm bermodal besar, chick in bisa dilakukan satu bulan sekali, tapi bagi breeding Farm kecil hingga menengah, umumnya Chick in dilakukan tiga - empat bulan sekali.
Jika diambil rata, bahwa Breeding Farm melakukan Chick in empat bulan sekali, maka pihak manajemen PS akan mendatangkan DOC dari Grand Parent Stock sebanyak 4.823.028 ekor calon induk  ( perhitungan dari 13.274.392 ekor dibagi empat, dan hasilnya ditambah 9%).

Pembahasan mengenai Populasi Grand Parent Stock ayam broiler:
Untuk menyediakan DOC PS di tiap termin pada tahun 2008, (sebanyak 4.823.028 ekor calon induk )  maka di pihak manajemen Hatchery GPS akan mempersiapkan telor tetas yang akan di masukkan kedalam mesin setter (setting), sejumlah 15.433.690 butir. (perhitungan dari 4.823.028 dikalikan faktor 3.2, adapun faktor 3.2 adalah asumsi bahwa satu ekor DOC PS didapat dari 3.2 butir telor tetas dari indukkan GPS).

Pada umumnya pola Chick In di GPS sama dengan pada PS,  jadi dari angka telor tetas yang di setting senilai 15.433.690 butir kita akan dapat memperkirakan populasi indukkan GPS/termin. Perhitungannya sebagai berikut:  angka 15.433.690 butir telor tetas (hatching egg) adalah setara dengan 89% dari total produksi indukkan produktif GPS calon induk, atau biasa diistilahkan strain B. Jadi angka yang kita dapatkan adalah senilai 17.341.225 butir telor dari strain B. Nah jika satu indukkan produktif strain B tadi selama periode hidupnya hanya menghasilkan 128 butir saja, maka kita akan tau populasi indukkan strain B adalah 135.478 ekor/termin.
 Kita tau bahwa, ketika Chick in jumlah DOC, harus dilebihkan populasinya, senilai angka kematian hidup+afkir (dari DOC hingga masa afkir indukkan, lebih kurang 11 %). Jadi pemilik GPS sekali Chick in DOC dari GGP kurang lebih 150.380 ekor/termin.
Sayangnya bahwa DOC dari GGP tersebuit 100% harus import, baik itu sebagian berasal dari Eropa maupun Amerika.

Sentil kiri dan kanan:
Baik DOC Parent Stock maupun DOC Grand Parent Stock, umumnya dihargai berdasarkan kurs dollar Amerika. Jadi bisa dibayangkan kebutuhan Dollar Amerika yang harus disiapkan oleh pemilik Breding Farm guna mengimport DOC GPS.
Mengapa kita tidak berupaya memelihara GGP atau bahkan Pure line sekalian, Apakah kita kekurangan tenaga ahli yang berjiwa nasionalis?  Jawabnya sederhana kata pedagang "lebih enak jualan dari pada repot-repot, EGP".
Ibarat sepiring nasi yang direbutkan oleh berbagai tipe orang-orang, lalu dimana dan siapa yang memikirkan master plan untuk ketahanan pangan Nasional Indonesia,  dimasa mendatang, (khususnya sumber protein hewani dari daging ayam)?  Jawabnya  EGP.

Minggu, 23 Agustus 2009

Berhitung Cepat::

Berhitung cepat 1

ayam09-ayam2009.blogspot.com
Mengutip berita dari Antaranews.com tertanggal 11 Juni 2009 "Tentang Impor unggas ancam peternak".
Disitu tercantum alinea, bahwa data dari Informasi Pasar (Pinsar), permintaan daging ayam di dalam negeri mencapai 980.000 ton, di tahun 2008.

Wooou....
Mau mengotak-atik angka tersebut?
Kita sudah tau, bahwa daging ayam yang dikonsumsi oleh masyarakat yaitu bersumber dari:
1. Daging ayam dari Broiler (asal DOC Broiler)
2. Daging ayam dari pejantan (asal DOC Pejantan, temennya DOC Petelor)
3. Daging ayam dari pedaging Jantan Parent Stock ( asal DOC Parenstock, temennya Strain B)
4. Daging ayam dari Indukkan Petelor (afkiran induk petelor)
5. Daging ayam dari Indukkan Parent Stock baik Broiler maupun Layer (afkiran induk)
6. Daging ayam dari indukkan Grand Parent Stock (afkiran induk).

Jika data dari Pinsar, berpatokkan dari daging ayam Broiler, maka kita bisa menghitung secara cepat tentang kondisi dan populasi Parent stock saat itu (tahun 2008).

Berhitung cepat:
Daging ayam Broiler 980.000 ton setara 980.000.000 kg/tahun 2008. Adalah setara dengan 1.225.000.000 ekor ayam broiler hidup/tahun.
Sedang DOC (Day Old Chicken = anak ayam umur sehari) yang dipelihara peternak (besar atau kecil) saat itu setara dengan 1.303.400.000 ekor dalam setahun. Setara 24.132.037 ekor per minggunya. ( Anggap tahun itu pembibit hanya memproduksi DOC 54 minggu saja).

Woou..
Menurut analisa penulis, populasi DOC 24.1312.037 ekor per minggu, pada saat itu sudah melampaui kebutuhan aktual peternak secara nasional. Dasar alasan dan aktualisasi dilapangan?
Adalah:
1. Harga DOC Broiler, sangat tidak stabil bisa dikatakan gonjang-ganjing lah.. (Rp 2000 - 3000)
2. Kebijakkan dari Asosiasi terkait, melakukan pemusnahan calon anak ayam (umur 18 hari,
di masa pengeraman). Sepanjang tahun tersebut, dilakukan antara 15% s/d 40% dari populasi. Tujuannya? Tidak lain dan tidak bukan untuk mengurangi suplay yang tersedia.

Bandingkan kenyataan permintaan pasar terhadap DOC Broiler, bulan Agustus 2009.
Harga DOC kualitas Super melambung ke kisaran Rp. 4.000,-/ekor dengan kondisi barang tidak ada dan dari pihak Asosiasi tak melakukan pemusnahan calon anak ayam dari awal tahun-hingga kini.

Woou...
Menyoroti kebijakkan pemusnahan calon anak ayam di atas,
Seharusnya jika ada rasa jiwa gotong royong dan rasa Nasionalis serta kebersamaan dari pihak terkait, maka perilaku tersebut tidaklah berulang kali terjadi.
Anda pingin tahu sejak kapan terjadi?
Pengamatan Penulis, dimulai sejak tahun 1995, Terulang lagi tahun 1997 (krisis moneter), 2003 (merebaknya Flu Burung), 2005 (over suplay). terakhir 2008 over suplay yang berkepanjangan.
Pada awal dan kedua kali kejadian, dari pihak Instansi terkait ilut urun rembug cari pemecahannya, tapi karena terjadi berulang-ulang maka mereka ya mundur.

Prediksi:
Mengapa dari Instansi terkait, mau membuka kran import daging ayam dari Brasil?, ya mungkin pihak tersebut sudah meramalkan di bulan-bulan mendatang suplay menurun dan demand meningkat. Yang jelaas terjadi pro dan kontra.
Sekarang (Bulan Agustus 2009) hampir terbuktilah.....
Apa hendak di kata daging Broiler Rp 18.000/kg, DOC Broiler "Super" Rp. 4.000/ekor.
Pakan Ayam diatas Rp 4.800/kg.
Bagaimana di tahun 2010? Kita lihat nanti...

Sentil... kiri dan kanan...
Apa untungnya bagi peternak gurem pada kondisi seperti ini:
a. jelas kaya berjudi, contohnya peternak tersebut pelihara DOC sekarang (dengan harga Rp. 4.000/ekor), diharapkan waktu panen menjelang Lebaran harga daging tinggi, untung lumayan buat dapur ngebul plus yang lainnya.
b. bisnis beternak ayam broiler sangat riskan, perlu perhitungan yang jlimet.

Harapan Peternak gurem:
a. Yang jelas bagi peternak gurem, kandang-kandangnya bisa terisi ayam dengan harga DOC terjangkau berikut harga pakannya.
b. Saat panen ayam Broiler siap potong, harganya tidak fluktuasi.
c. Bisa berbisnis ayam boiler secara kontinyu untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi.

Berhitung cepat 2, menyusul..